Review Buku: Ganjil Genap by Almira Bestari


Penulis: Almira Bestari

Jumlah halaman: 344 

Tahun terbit: 3 Februari 2020

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis:

Gimana rasanya diputusin setelah berpacaran selama tiga belas tahun?

Hidup Gala yang mendadak jomblo semakin runyam ketika adiknya kebelet nikah! Gala bertekad pantang lajang menjelang umur kepala tiga. Bersama ketiga sahabatnya, Nandi, Sydney, dan Detira, strategi pencarian jodoh pun disusun. Darat, udara, bahkan laut "disisir" demi menemukan pria idaman.

Akankah Gala berhasil menemukan pasangan untuk menggenapi hari-hari ganjilnya?

Review:

(Mengandung Spoiler)

Saya membaca ini dengan buru-buru. 

Buru-buru disebabkan karena pengumuman para pemain untuk Ganjil Genap sudah secara resmi diumumkan di instagram Mba Almira Bestari. Saya yang udah membaca novel Resign dan Home Sweet Loan jelas nggak mau ketinggalan ya hype-nya Ganjil Genap sebagai film nanti. Makanya di Februari kemarin lumayan full force bacanya :)) 

Buku dengan cover oranye terang ini simple. Ada dua mobil dan judul yang sudah bisa ditebak arahnya kemana lah yaa. Perkara urusan ganjil genap yang meributkan para penduduk ibukota. Saya penduduk dari kota Jawa Timur ini merasa beruntung dengan tidak diterapkannya peraturan ini. Bukan apa-apa, di Jawa Timur kendaraan umumnya itu lumayan sulit aksesnya. Baik dari waktu maupun tempat antar sekaligus jemput. Capeknya dua kali lah dari bawa kendaraan sendiri. Nah, seandainya ada ganjil genap nggak kebayang gimana lowongnya jalan Surabaya dan Sidoarjo? Pasti tinggal wus saja jalan. Tidak ada omelan di kepala yang merayap ketika sudah tiba di Gedangan dan Aloha hahaha.

Jadi diantara macet-macetnya Jakarta dan aturan ganjil genapnya yang meributkan warga, terdapat dua orang dewasa yang hubungan percintaannya juga mendapat pengaruh dari aturan itu. Nama manusianya, Gala dan Bara. Perempuan-perempuan yang digambarkan di tiga novelnya Almira ini menarik karena kultur korporatnya mengakar kuat.  Saya yang suka nontonin video TikTok dengan lagu girl independent jadi terbayang sosok Gala. Cewek tangguh no drama. 

Saking no dramanya Gala ini nggak memberi Bara (yang sudah jadi mantan pacar) ini nggak terlalu histeris reaksinya. Masih bisa berpikir logis! Untuk ukuran durasi pacaran yang lewat dari 9 tahun, tingkah Gala ini cocok saya nobatkan di luar nalar. Istilahnya ngabisin waktu selama itu dengan kata putus yang enteng diucap apa nggak nyep-nyep di denger? (Sabar Gal jangan emosi, lol)

Dengan suportifitas dua sahabatnya (Randi dan Sydney) Gala berusaha bangkit cari pengganti. Prosesnya ini menyakitkan, nggak karena Gala benar butuh segera melainkan ada tekanan dari keluarga dimana ketika adik mau menikah maka tidak boleh melangkahi kakaknya dulu. Duh. Ini kayanya emang masalah perempuan satu Indonesia Raya ya? :") Otomatis komunikasi antar keluarga dan Gala perkara putusnya dia dan Bara makin alot. jujur juga jatuhnya nggak menguntungkan ke pihak Gala. Lebih baik cari pengganti dulu yang mumpuni. 

Di tengah rungsingnya hidup Gala saya menyadari bahwa teman adalah segalanya. Mau dalam keadaan apapun, saat pasangan sudah lari entah kemana dua teman yang bersedia meminjamkan telinga kapanpun Gala butuh adalah harga yang tidak ternilai. Apalagi dengan koneksi Randi dan Sydney yang moncer, makin mudahlah ya harusnya cari pasangan baru. 

Hanya, manusia boleh berencana. Tapi Tuhan tetap yang berkehendak

Macam-macam calon yang ditemui Gala ini mengocok perut semua. Mulai dari yang sudah jadi suami orang sampai teman yang ajakan makannya jauh dari kriteria sehat Gala. Nah ini juga sebuah catatan deh buat para perempuan yang ingin mencari pasangan untuk lebih mendiskusikan perkara kesehatan dan makanan yang dikonsumsi. Karena pangan adalah salah satu faktor hidup yang krusial. Seperti Gala contohnya susah diajak kompromi makan mi instan, tapi calonnya penggemar mi instan. Nemu jalan tengahnya darimana coba jika sudah begitu?

Setelah mengalami trial and error akhirnya Gala menemukan Aiman. Mas-mas berumur 30 tahunan lebih yang emang sudah sangat matang soal hidup ya (secara udah 30 tahun hidup otomatis asam garam kehidupannya lebih banyak dari Gala hahaha) yang mana punya isu tersendiri... yaitu susah diajak ngomongin rumah tangga dengan serius. 

:)

Oh jodoh.

Ada yang bilang cari jodoh itu mirip pengalaman cari sepatu. Ada yang kita suka modelnya tapi ukurannya nggak cocok. Ada yang ukurannya cocok tapi kita kurang sreg dengan fiturnya yang nyolok di kaki. Sudah nemu yang oke tapi size yang tersedia satu angka di bawah kita. Bedanya kalau sepatu masih bisa kita tukar dalam seminggu selagi pegang struk pembelian. Nah kalo pasangan? Ya kali kalo ga cocok minta tukar tambah di KUA. Digetok iya deh sama petugasnya. 

Sebenarnya masalah Aiman ini dapat dimengerti dengan background keluarganya yang lumayan berantakan. Bagusnya dia menyadari tentang kekurangannya satu itu dan belajar menjelaskan permasalahannya ke Gala. Nah, gemes timbul pas Aiman ini merasa berhak dan memiliki keputusan Gala yang berkenaan dengan pasangan masa depan. 

Tolonglah Mas Aiman, semisal udah paham maunya Gala ya berusaha cari jalan tengah! Jerit saya sembari menutupi muka dengan bantal :p

Ending yang disajikan oleh Almira di novel Ganjil Genap menurut saya fair untuk kedua belah pihak. Dengan concern yang berbeda dari sisi Gala dan Aiman yang masih kukuh dengan pendiriannya bakalan berdampak jelek nantinya jika mereka memaksakan diri untuk menemui jawaban yang sama. 

Ngomong-ngomong yang jadi Gala nanti adalah Clara Bernadeth dan Aiman bakal diperankan oleh Oka Antara. Saya pribadi penasaran jelas akting keduanya bakal seperti apa karena kualitas akting Oka di film Noktah Merah Perkawainan benar-benar menaikkan standar dan harapan saya ke dia. Merinding banget liat karakter Oka sebagai Gilang, suami yang hidup di dalam sebuah pernikahan yang berada di ambang perceraian. Feeling putus asanya nyampe ke penonton (baca: saya terutama)

Jadi diantara kamu, apakah sudah ada yang membaca Ganjil Genap atau malah lompat nunggu filmnya tayang aja? :D

Komentar

Postingan Populer