Review film: Set It Up (2018)

 

Source: Netflix


Judul: Set it Up

Durasi: 1j 45m

Genre: Romantic comedy 

Tahun: 2018

Summary: 

Two corporate executive assistants hatch a plan to match-make their two bosses.

Review:

Source: Netlix

Harper dan Charlie, keduanya adalah karyawan yang bekerja di bawah naungan boss toxic lagi ga tahu arti jam pulang. Beban jam kerja yang mereka alami bukan lagi sekedar lembur, lebih dari itu mereka berpotensi jadi penghuni tetap kantor karena tuntutan pekerjaan yang jauh dari kata manusiawi. 

Sebagai contoh Charlie, kerja mati-matian sampe punya waktu buat pacarnya aja engga. Demi mengincar naik jabatan sekaligus rekomendasi dari atasan yang konon katanya punya nama besar di dunia analis. Makanya Charlie rela ngelakuin apa aja termasuk book kursi event sekolah anaknya Rick a.k.a bos dia.

Harper, tetangga satu gedung hidup di bawah naungan bos cewek yang obsessed oleh karir. Semuanya dilakukan untuk stays on float, supaya bisnis yang dibangunnya tetap tegak berdiri. Ngga ada tuh kata libur untuk mencicipi kata kencan di kamus bosnya. Sampai tiba di fase risih kumpul diantara teman karena obrolannya udah ngga sefrekuensi lagi. Unfortunately lingkaran ini bisa jadi diteruskan ke bawahannya karena Harper jadi samsak yang diminta A,B,C,D,E mengetahui hidup sebagai sekretaris dan udah tahu nih schedule tetap atasan. 

Negosiasi

Buat keluar dari zona nginep kantor sampe lupa arti work life balance, Harper dan Charlie sepakat untuk menjalankan sebuah misi bernama perjodohan. Atasannya sama-sama ngga ada pasangan. Satu duda, satu single. Paket lengkap. At first, Charlie ini keberatan oleh ide yang disampaiin Harper. Aneh aja di matanya jodohin manusia yang galaknya kembar kaya singa. Apakah mereka cocok? Apakah mereka suitable? Beruntung lewat otak cemerlang Harper solusi ini dicari lewat drama-drama kecil yang dibentuk di sekeliling mereka. 

Contohnya scene lift rusak. Emang pas diliat waduh sinetron banget, buat genre romcom gini make sense abis. Masih inget tokoh buronan kesayangan warga Tom and Summer? Itu ketemunya lewat lift juga kan? Harper dan Charlie bergerak cepat menghubungi teknisi terdekat untuk mengatur strategi ini dan voila, kedua bos ini pun berbincang sejenak meski first impression yang didapat masih dibumbui kemarahan-kemarahan kecil.

Source: Netlfix (Mempertemukan bos naturally di pertandingan softball)

Persuasi

Udah nih, udah ketemu dua bos galaque nan sangar ini. Selanjutnya pakai taktik apa ya biar keduanya jadian? Mana ada ketemuan di lift doang bisa nyampe jadian? Jadilah dua bawahan tadi atur lokasi dimana mereka cocok ketemuan tanpa sengaja. Ceilah. Ala-ala ditunjukkan fate gitu padahal fatenya berbentuk rencana di agenda Harper dan 
Charlie. Begitu proses dijalankan kondisi kantor keduanya makin oke dan kondusif. Lembur mulai berkurang, ngga ada lagi stay sampe malem cariin bos makan delivery order karena orangnya udah mandiri cari restoran sendiri atas nama kegiatan kencan. 

Ngga berhenti disitu, Harper dan Charlie pun turut menyisip ucapan mereka dengan nada-nada berbau persuasi supaya kedua orang tua ini makin dekat. Dua bos mereka sama-sama bertempramen panas, senggol dikit bacok. A little misunderstandment bisa berujung hancurnya plan yang Harper dan Charlie rencanakan rapi. Untuk itu mereka maju mundur, maju  mundur supaya chemistry atasan tetap berjalan apik.

Intuisi

Punya pasangan baru ngga lantas menghapus tabiat jelek yang tertanam di benak ..., bos Charlie. Memiliki masalah dengan mantan istri nyatanya masih mengganggu pikirannya sampai di detik dia memutuskan menikahi Kirsten, atasan Harper. Sialnya Charlie menyimpan rahasia ini sendiri tanpa memberitahu teman timnya. Pun Charlie dan Harper miliki masalah mereka sendiri, yes.... ada perasaan mengganjal menggeliat tumbuh karena kedekatan selama menyusun strategi perjodohan. 

Eh, kabar pacarnya Charlie gimana emang?

Well, karena hubungannya dengan sang pacar emang udah lumayan lempeng ngga ada progress berarti, terlebih waktu Charlie ngajak pacarnya qtime and she ignores him. Kinda. Charlie baru ngeh memang hubungan dengan pacarnya sudah lama mati. Tidak ada gairah yang menggebu, tidak ada kasih sayang yang dirindukan seperti awal pacaran karena kesibukan Charlie yang mengganggu. Sementara Charlie sendiri menemukan nyaman baru di diri Harper di saat kawannya sedang patah hati dighosting gebetan terbarunya. Well, rumit. Maju salah, mundur salah. 

Konklusi

Saya suka dialog-dialog manis yang terjalin di film ini. Tentang Harper dan mimpinya jadi seorang penulis dan berakhir jadi sekretaris redaksi karena dia takut akan kualitas writing-nya yang masih jauh di bawah standar. Ada scene salah seorang sahabat Harper, Beecca, datang menegur dia untuk nulis aja udah. Takut jelek? Ya nulis aja jelek. Better to start than to wonder. Masalahnya ngayal doang ngga bakal bergerak itu kata bersatu sendiri laman ms. word. Toh, emangnya nanti pas tulisan Harper jelek ngga bakal ada evaluasi gitu? Ya jelas adalah, nasihat temannya panjang. 

Di sisi percintaan pun ketika Harper dan Charlie di pesta pernikahan Becca, ada line berbunyi

                                               you love because, you love despite.


"Kamu menyukai seseorang karena kualitas yang ada di dirinya dan kamu tetap mencintai seseorang meski ada beberapa kualitas dirinya yang membuatmu ragu"

Menurut saya itu hal teromantis yang ada di film ini. Line itu pun menyadarkan Charlie serta Harper in subtle way bahwa mereka udah menemukan apa yang mereka cari di kualitas diri masing-masing lengkap beserta kekurangan diri. Menurut saya film ini lumayan menghibur dan cocok dijadikan tontonan akhir pekan. Kalau kalian gimana? Sudah pernah nonton atau baru dengar film ini?

Komentar

Postingan Populer